Hingga saat ini, permainan gasing masih dilakukan secara aktif oleh kaum pria berasal dari suku Melayu di Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau. Selain dalam kompetisi tertentu antar wilayah di Natuna, permainan gasing juga dilakukan sebagai atraksi pada acara peringatan Hari kemerdekaan RI setiap 17 Agustus dan Hari Raya Idul fitri.

Gasing merupakan salah satu permainan rakyat yang bersifat tradisional dan telah dikenal sejak lampau di Natuna. Gasing (gasing Bunguran-Natuna), yaitu nama suatu alat untuk bermain yang terbuat dari kayu. tentunya gasing diproduksi dalam berbagai jenis, tangon (corak), dan ukuran tertentu.

Seperti diketahui, gasing terdiri dari beberapa bagian, yaitu tungking, talak, talam bawah, badan, bening, dan kepala. Gasing dapat berputar dengan cara di-gual memakai tangan atau tali dan mengeluarkan suara mendengung.

Bahan pembuat gasing khas Natuna adalah dari berbagai jenis kayu, seperti kayu pelawan punai, pelawan tanduk, gemeris, tiampan, mentigi, asam jawa, sikop, rukam, mentulang, dan kayu burun.

Jenis gasing Bunguran-Natuna antara lain, Gasing Tarah yang dibuat dengan menarah menggunakan kapak atau parang. Selain itu juga ada Gasing Larik yang dibuat menggunakan alat larik/bindu. Cara membuat gasing yang dikenal sebagai melarik gasing ini mempunyai dua fungsi, yakni untuk permainan maupun untuk suvenir khas kerajinan rakyat.

Nama-nama gasing yang diberikan berdasarkan jenis dan fungsi di Natuna adalah Gasing Penendin, Gasing Pemangkak, dan Gasing Penahan. Sementara, nama-nama gasing yang didapat berdasarkan motif dan warnanya seperti Gasing Paras Gantang, Tawak, Batu Dacing, Janda Berias, Buah Berambang, Limau Manes, Buah Manggis, Tudung, dan Cantong.

Salah satu perajin gasing untuk permainan dari Natuna adalah H Asmi Bakar. Menurut Asmi Bakar, sebenarnya permainan gasing dilakukan oleh pria-pria di Natuna setiap hari. Namun seiring perjalanan waktu, permainan gasing hanya dilakukan jika ada acara-acara tertentu atau memperingati hari-hari tertentu serta Hari Raya.

Produksi gasing yang kini masih dilakukan puluhan perajin di Natuna, kata Asmi Bakar, masih menggunakan alat-alat tradisional yang terbilang sederhana. Namun demikian, dengan alat-alat itu justru bisa menghasilkan produk gasing yang indah sekaligus memiliki komposisi dan kesimbangan yang pas.

Dalam permainan gasing, terdapat dua keompok atau regu yang bertanding. Satu kelompok terdiri dari 3 sampai 5 orang. Secara bergantian, satu kelompok memutar gasing dengan tali/benang khusus. Selain lamanya putaran, keunggulan produk gasing juga dilihat dari kualitas kayu dan kemampua mematikan gasing lawan.

Dalam permainan ini, sangat ditekankan unsur kerja sama dan kekompakan antara anggota kelompok. Selain itu, setiap kelompok juga harus mengetahui secara pasti kekuatan gasing-gasing andalannya, selain juga harus bisa mencari tahu kekuatan gasing-gasing milik lawan.

Filosofi dari permainan gasing ini adalah dibutuhkan suatu kerja sama dan saling membantu antara sesama kawan. Selain itu, permainan gasing ini juga sebagai cermin bahwa masyarakat harus tahu potensi kekuatannya sehingga bisa menjadi pegangan hidup, selain mengatur masalah manajemen waktu yang tepat.

Leave a Reply