MENDU kesenian khas Pulau Natuna, Kepulauan Riau yang berbatasan langsung dengan Vietnam Utara. Kesenian rakyat yang bercerita tentang berbagai ragam kehidupan masyarakat, berkembang sejak ratusan tahun silam.
Kesenian Mendu sendiri telah ada dan berkembang di Kabupaten Natuna sejak tahun 1870. Pementasan sastra lisan ini mirip dengan pementasan Lenong di Jakarta yakni membangun komunikasi dengan para penontonnya dalam alur ceritanya.
Teater rakyat ini mengkombinasikan antara seni tari, seni suara atau nyanyian dan seni peran atau lakon. Perpaduan gerak dan lagu menjadikan pentas lebih meriah, terlebih dengan dialog dengan penonton yang intensif sehingga akan terbangun komunikasi lebih baik.
Pada zamannya pertunjukkan rakyat tersebut memiliki durasi 44 malam, pementasan hari pertama hingga hari ke empat puluh empat berlangsung terus. Hanya saja dalam perkembangannya kini pertunjukan dipersingkat menjadi hanya dua jam saja. Pertunjukkanya dimulai usai Shalat 'Isya sampai menjelang Shubuh. Pementasannya akan terus menyambung hingga malam ke 44. Alur ceritanya bermula dari kisah terbuangnya Putri Siti Mahdewi di tengah hutan yan berada di wilayah Kerajaan Antapura karena kutukan sihir. Sang Putri terkena kutukan sihir karena menolak untuk diperistri Raja Lak Semalik.
Dalam perjalanan di tengah hutan, Putri bertemu dengan dua orang pemuda gagah nan tampan yakni Dewa Mendu dan Angkara Dewa. Kedua pemuda tampan ini langsung memberikan pertolongannya dengan membebaskan sang Putri dari kutukan sihir. Namun kedua pemuda terseubt akhirnya berselisih paham karena masing-masing menyukai Putri Siti Mahdewi.
...........

Leave a Reply